Minggu, 22 Februari 2015

Budi daya tanaman cabe dan terong

A.   Tanaman Cabai
             Cabai pada dasarnya terbagi atas dua golongan utama, yaitu cabai besar (Capsicum annum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) Cabai besar terbagi menjadi dua golongan, yaitu cabai pedas (hot pepper) dan cabai paprika (sweet pepper).
1.   Morfologi Tanaman Cabe
           Cabai termasuk tanaman semusim (annual) yang berbentuk perdu, tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman dewasa antara 65–170 cm dan lebar tajuk 50–100 cm.
           Dalam dunia tumbuh-tumbuhan (Plantarum), tanaman ini tergolong dalam tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta). Biji cabai tertutup oleh kulit buah sehingga termasuk dalam golongan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae). Lembaga pada bijinya terbagi dalam dua daun lembaga, sehingga dimasukkan dalam kelas tumbuhan berbiji belah (Dicotyledoneae). Hiasan bunga cabai termasuk lengkap, yaitu terdiri atas kelopak dan mahkota, dengan daun-daun mahkota yang berlekatan menjadi satu, sehingga dimasukkan dalam sub-kelas Sympetalae. Cabai termasuk dalam keluarga terung-terungan (Solanaceae).
a)    Akar Cabe
Perakaran cabai merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar laterl (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar (akar tersier). Panjang akar primer tanaman berkisar 35–50 cm. Akar lateral menyebar dengan panjang berkisar 35–45 cm.
b)    Batang Cabe
            Batang utama tanaman tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30–40 cm, dan diameter batang sekitar 1,5–3,0 cm. Batang utama tanaman berkayu dan berwarna cokelat kehijauan. Pada budidaya cabai intensif pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur 30–40 hari setelah tanam (HST). Pada setiap ketiak daun cabai akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10–15 HST
c)    Daun Cabe
            Daun cabai berwarna hijau muda sampai gelap. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tulang daun cabe berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabai besar adalah lonjong dengan ujung daun tanaman meruncing

2.    Klasifikasi Tanaman Cabe
  • Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)
  • Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
  • Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
  • Divisi             : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
  • Kelas            : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
  • Sub Kelas    : Asteridae
  • Ordo              : Solanales
  • Famili            : Solanaceae (suku terung-terungan)
  • Genus           : Capsicum
  • Spesies        : Capsicum annum L.

3. Budi Daya Tanaman Cabe
       Langkah-langkah budi daya tanaman cabai
Carilah bibit yang berasal dari tanaman induk berkualitas. Sebelum membuat bibit cabai, sebaiknya menentukan tanaman yang akan dijadikan sebagai induk. Tanaman induk harus memiliki kriteria sebagai tanaman unggul, seperti pertumbuhan cepat, vigor, mampu beradaptasi di berbagai lingkungan, memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama penyakit, responsif terhadap pemupukan, mampu berproduksi tinggi, serta menghasilkan buah dengan kriteria yang dikehendaki.
Syarat-syarat bibit
1.    Bibit harus dihasilkan dari buah yang benar-benar sudah tua, sehingga akan diperoleh biji yang benar-benar berkualitas.
2.    Carilah bibit yang berasal dari tanaman induk berkualitas. Sebelum membuat bibit cabai, sebaiknya menentukan tanaman yang akan dijadikan sebagai induk. Tanaman induk harus memiliki kriteria sebagai tanaman unggul, seperti pertumbuhan cepat, vigor, mampu beradaptasi di berbagai lingkungan, memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama penyakit, responsif terhadap pemupukan, mampu berproduksi tinggi, serta menghasilkan buah dengan kriteria yang dikehendaki.
3.    Memiliki daya kecambah yang bagus.
4.    Bibit harus memiliki pertumbuhan yang bagus selama dalam persemaian. Bibit dengan pertumbuhan bagus akan menghasilkan tanaman yang subur, sedangkan bibit yang mengalami keterlambatan pertumbuhan selama dalam persemaian, maka laju pertumbuhan setelah penanaman di lahan akan mengalami keterlambatan.
5.    Pilih bibit yang sehat, tidak terserang hama penyakit.
       Persiapan Lahan
Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabe dimana matahari bersinar penuh.
Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Di dataran tinggi, cabe masih bisa tumbuh namun produksinya tidak maksimal.
Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabe merah, antara 24-28 derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas 32 pertumbuhan akan terganggu. Cabe bisa tumbuh pada musim kemarau asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%.
Budidaya cabe merah menghendaki tanah yang memiliki tingkat keasaman tanah pH 6-7. Apabila nilainya terlalu rendah (asam), daun tanaman cabe merah akan terlihat pucat dan mudah terserang virus. Tanah yang asam biasanya mudah ditumbuhi ilalang. Untuk menetralisirnya bisa gunakan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 2-4 ton/ha. Pemberian kapur atau dolomit dilakukan pada saat pembajakan dan pembuatan bedengan.
       Persiapan pupuk
Campurkan pupuk organik, bisa berupa kompos atau pupuk kandang pada setiap bedengan secara merata. Kebutuhan pupuk organik untuk budidaya cabe merah adalah 20 ton per hektar. Selain pupuk organik tambahkan juga urea 350 kg/ha dan KCl 200kg/ha.

B.   Terong
Terung (Solanum melongena, di Pulau Jawa lebih dikenal sebagai terong) adalah tumbuhan penghasil buah yang dijadikan sayur-sayuran. Asalnya adalah India dan Sri Lanka. Terung berkerabat dekat dengan kentang, leunca, dan agak jauh dari tomat.Terung ialah terna yang sering ditanam secara tahunan.
Terong merupakan anggota Solanaceae, buah terung pernah dianggap beracun, sebagaimana buah beberapa varietas leunca dan kentang. Sementara buah terung dapat dimakan tanpa dampak buruk apa pun bagi kebanyakan orang, sebagian orang yang lain, memakan buah terung (serupa dengan memakan buah terkait seperti tomat, kentang, dan merica hijau atau lada) bisa berpengaruh pada kesehatan. Sebagian buah terung agak pahit dan mengiritasi perut serta mengakibatkan gastritis. Karena itulah, sebagian sumber, khususnya dari kalangan kesehatan alami, mengatakan bahwa terung dan genus terkait dapat mengakibatkan atau memperburuk artritis dengan kentara dan justru itu, harus dijauhi oleh mereka yang peka terhadapnya.
1.   Morfologi Terong
a.     Akar
Terong memiliki sistem perakaran tunggang hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana bagin-bagian batang akar/akar pokok, cabang akar, serabut akar dan rambut-rambut akar. Terong dikatakan akar tunggang karena pada terong akar primernya tumbuh terus menjadi akar pokok , pada akar ini kemudian tumbuh cabang-cabang dan serabut akar.
b.    Batang
Batang terong bercabang banyak dan berbulu agak kasar, batangnya agak keras dan kekar.
c.    Daun
Daun Terong merupakan daun tidak lengkap karena tidak mempunyai upih daun. Bangun daun (Circum scription) merupakan bangun bulat telur (ovatus). Ujung daun (apex folii) termasuk ujung daun yang runcing (acutus) karena tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Pangkal daun (Basis folii) termasuk berlekuk (emargiratus). Susunan tulang daun (venation) termasuk ke dalam susunan tulang daun yang menyirip karena mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun.
Tepi daun (Margo folii) yaitu berombak (repandus) karena sinus dan angulusnya sama-sama tumpul dan jika dilihat dari torehan yang tidak merdeka termasuk berlekuk menjari. Daging daun (intervenium) termasuk tipis seperti selaput. Warna daun pada daun terong (Solanum melongena) yaitu hijau tua. Permukaan daunnya yaitu berbulu halus dan rapat ( villosus ).

d.    Bunga
Jumlah bunga terong dalam satu tandang banyak. Umumnya bunga berwarna ungu tapi adapula berwarna putih.

e.    Buah
buah tanaman terong tunggal. Berntuk buah beragam, diantaranya ada bulat lonjong atau bulat panjang. Warna buahnya ungu tapi adapula yang putih dan hijau bergaris putih setelah tua, buah berwarna kekuningan dan berbiji banyak

Klasifikasi Terung
ž  Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
ž  Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
ž  Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
ž  Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
ž  Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
ž  Sub Kelas : Asteridae
ž  Ordo : Solanales
ž  Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
ž  Genus : Solanum
ž  Spesies : Solanum melongena L.

Budi daya tanaman Terung
Kondisi tanah ideal untuk budidaya terong adalah tanah lempung berpasir dengan kisaran pH 6,5-7. Terong berproduksi maksimal pada kisaran suhu 22-30oC. Tanaman ini membutuhkan sinar matahari yang cukup, oleh karena itu cocok ditanam pada musim kemarau.
Langkah-langkah
1.    Menyemai Benih
Benih yang baik untuk budidaya terong memilki daya tumbuh di atas 75%. Dengan benih seperti itu, kebutuhan benih untuk satu hektar mencapai 300-500 gram. Sebelum ditanam di lahan terbuka, benih terong sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.
2.    Mengolah tanah dan menanam
Lahan untuk budidaya terong dicangkul atau dibajak dengan kedalaman 30 cm. Bersihkan tanah dari gulma dan kerikil. Bentuk bedengan dengan lebar 1 meter tinggi 30 cm dan panjang disesuaikan dengan bentuk lahan. Jarak antar bedengan 40 cm.
Gunakan pupuk organik sebagai pupuk dasar, bisa berupa kompos atau pupuk kandang sebanyak 15 ton per hektar. Taburkan di atas bedengan dan aduk hingga merata. Budidaya terong menghendaki tingkat keasaman tanah sekitar pH 5-6. Apabila pH kurang dari 5 tambahkan kapur pertanian atau dolomit sebanyak 1-2 ton per hektar satu minggu sebelum tanam.
Buat lubang tanam secara berbaris, satu bedengan sebanyak dua baris. Jarak tanam antar lubang tanam 60 cm dan jarak antar baris 70 cm. Lebar lubang dan kedalaman disesuaikan dengan ukuran polybag bibit.
Sebelum bibit dipindahkan, siram bedengan dengan air. Tanaman terong cenderung tidak tahan dengan kekeringan. Pindahkan bibit tanaman satu lubang diisi satu bibit tanaman. Hati-hati dalam memindahkan tanaman, jaga agar akar tanamah tidak putus atau rusak.

3.    Merawat terong yang sudah ditanam
Lakukan penyulaman tanaman setelah satu minggu. Cabut tanaman yang terlihat layu atau tidak sehat dan pertumbuhannya abnormal. Pencabutan dilakukan beserta media tumbuhnya. Ganti dengan bibit baru.
Pemupukan tambahan dilakukan mulai dari 2 minggu setelah bibit ditanam. Untuk budidaya terong non-organik berikan pupuk urea dengan dosis 80 kg/ha dan KCl 45 Kg/ha. Sedangkan untuk budidaya terong organik berikan pupuk kompos atau pupuk kandang, masing-masing satu kepal atau kira-kira 0,5 kg per tanaman
Ulangi pemberian pupuk susulan pada minggu ke-5 dan ke-7 setelah bibit ditanam. Sambil memberikan pupuk susulan, siangi gulma yang terdapat dalam bedengan tanaman. Bersihkan juga semak belukar yang terdapat disekitar area tanaman.
Apabila tidak turun hujan penyiraman hendaknya dilakukan setiap tiga hari sampai tanaman berbunga. Setelah tanaman berbunga, tingkatkan frekuensinya hingga dua hari sekali.
4.    Pemanenan
Panen pertama usaha budidaya terong biasanya dilakukan setelah 70-80 hari sejak bibit ditanam. Selanjutnya, panen dilakukan setiap 3-7 hari sekali. Dalam satu kali musim tanam, bisa mencapai 13-15 kali panen, bahkan bisa lebih.
Waktu yang tepat untuk panen adalah pagi dan sore hari. Buah dipetik dengan tangkainya, buah terung tidak tahan lama. Oleh karena itu harus segera dipasarkan begitu selesai panen. Sortasi untuk budidaya terong dilakukan berdasarkan ukuran dan warna buah.

“Dan bahwasanya seseorang itu tidak akan memperoleh (kebaikan) kecuali dari hasil usahanya sendiri.” (QS. An Najm: 39).

0 komentar:

Posting Komentar